Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Rollercoaster IHSG: Menanti Babak Baru Pasar Saham RI

2025-11-19 | 10:17 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-19T03:17:05Z
Ruang Iklan

Rollercoaster IHSG: Menanti Babak Baru Pasar Saham RI

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2025 telah menjelma menjadi sebuah perjalanan "rollercoaster" yang penuh dinamika, mencatatkan kenaikan signifikan sekaligus diwarnai oleh gejolak. Setelah menghadapi volatilitas tinggi di paruh pertama tahun ini, IHSG menunjukkan ketahanan luar biasa dengan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) sebanyak 13 kali hingga awal November 2025. Per 7 November 2025, IHSG telah naik 18,57% secara year-to-date (YTD) ke posisi 8.394, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 15.316 triliun, melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) hingga 2029.

Pergerakan IHSG yang bergejolak, terutama pada kuartal pertama 2025, diwarnai oleh koreksi sekitar 2% untuk IHSG dan 6% untuk indeks LQ45, bahkan sempat menyentuh level 5.900-an pada Maret. Pada 18 Maret 2025, IHSG sempat anjlok lebih dari 5%, memicu pemberlakuan trading halt oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk meredam kepanikan pasar. Penurunan tajam ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai Rp31,2 triliun per Februari 2025, melemahnya penerimaan negara, rumor mundurnya Menteri Keuangan, serta penurunan peringkat saham Indonesia oleh Goldman Sachs dan Morgan Stanley.

Namun, pasar saham Indonesia menunjukkan pemulihan yang cepat, terutama sejak April 2025, menjadikannya salah satu pasar dengan pemulihan tercepat di Asia Tenggara. Kinerja positif ini didorong oleh sejumlah faktor fundamental ekonomi domestik yang kuat serta meningkatnya partisipasi investor ritel dan domestik yang mencapai 50-52% pada Juli dan Agustus 2025. Optimisme pelaku usaha juga tercermin dari realisasi investasi triwulan I 2025 yang tumbuh 15,9% dibandingkan kuartal IV 2024, mencapai Rp 465,2 triliun.

Meski demikian, perjalanan IHSG masih dihantui oleh ketidakpastian global. Ketegangan geopolitik, seperti konflik Iran-Israel dan perang dagang, perkiraan perlambatan ekonomi global, serta kebijakan suku bunga acuan The Fed yang cenderung hawkish pasca berakhirnya government shutdown di Amerika Serikat, terus menjadi perhatian utama investor. Tekanan juga datang dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, di mana rupiah melemah dari Rp 16.555 pada pertengahan Oktober menjadi sekitar Rp 16.695 pada pertengahan November. Selain itu, inflasi Indonesia pada Oktober 2025 naik menjadi 2,86% secara tahunan (YoY) dari 2,65% pada bulan sebelumnya, menambah kompleksitas sentimen pasar. Arus keluar modal asing di pasar obligasi dan saham Indonesia juga tercatat sekitar US$0,95 miliar pada periode pertengahan Oktober hingga pertengahan November.

Dalam merespons kondisi ini, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober dan November 2025, meskipun ada ekspektasi pemangkasan. Keputusan ini sejalan dengan upaya BI menjaga inflasi tetap rendah dalam kisaran target 2,5% ± 1% untuk 2025-2026 dan mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian global. Sepanjang 2025, BI telah melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak lima kali, dengan total 125 basis poin, dari 6,00% pada akhir 2024 menjadi 4,75% saat ini. Namun, peluang pemangkasan suku bunga lanjutan sebesar 25 basis poin pada Desember 2025 masih terbuka jika inflasi terkendali, rupiah stabil, dan arus modal keluar melandai.

Menatap ujung jalan "rollercoaster" ini, para analis memberikan proyeksi yang bervariasi namun umumnya optimis. JP Morgan Sekuritas menaikkan proyeksi IHSG menjadi 8.600 pada akhir 2025, didorong oleh potensi kembalinya arus modal asing ke pasar negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki valuasi menarik (PER 12x, di bawah rata-rata 10 tahun). MNC Sekuritas memperkirakan IHSG akan berada di rentang 8.350 untuk skenario dasar dan 8.900 untuk skenario terbaiknya. Sementara itu, Pilarmas Investindo Sekuritas menilai peluang IHSG menyentuh 9.000 masih terbuka, meskipun ada variabel pendukung dan hambatan yang perlu diperhatikan seperti data inflasi AS dan kebijakan suku bunga The Fed. KISI menargetkan IHSG dapat menembus 8.500 pada akhir 2025, ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat dan likuiditas melimpah di sektor keuangan. Sektor-sektor yang diperkirakan akan menjadi pendorong utama kinerja pasar saham meliputi perbankan, konsumsi, infrastruktur, teknologi, komoditas, dan energi. Namun, perlu diwaspadai potensi koreksi jangka pendek akibat aksi profit taking setelah IHSG mencapai ATH dan adanya tekanan jual asing.