:strip_icc()/kly-media-production/medias/1817915/original/035499500_1514865744-20180102-IHSG-FF1.jpg)
Pengembangan Orange Bond tengah menjadi sorotan utama di pasar modal global, dengan Indonesia muncul sebagai kandidat kuat untuk memimpin inisiatif pembiayaan berkelanjutan berwawasan gender di kawasan Global South. Instrumen keuangan inovatif ini, yang dinamakan sesuai warna oranye Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 5 Perserikatan Bangsa-Bangsa, difokuskan untuk memberdayakan perempuan, anak perempuan, dan kelompok minoritas gender di negara-negara dengan sumber daya terbatas, sekaligus mendorong aksi iklim dan kesejahteraan sosial.
Durreen Shahnaz, Pendiri dan CEO Impact Investment Exchange (IIX), penggagas Orange Bond Initiative (OBI), menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan Orange Bond di Asia Tenggara. Ia menyoroti fondasi kerja sama lintas lembaga di Indonesia yang kuat sebagai prasyarat penting untuk implementasi yang lebih luas. Misi OBI yang diluncurkan pada Hari Perempuan Internasional 2022 adalah memobilisasi US$10 miliar untuk memberdayakan 100 juta perempuan, anak perempuan, dan minoritas gender secara global hingga tahun 2030.
Bursa Efek Indonesia (BEI) secara aktif memperkuat perannya sebagai fasilitator pembiayaan berkelanjutan. Melalui inisiatif Orange Capital Markets, BEI berkolaborasi dengan IIX untuk memobilisasi hingga US$5 miliar pada tahun 2030 melalui Orange Bond dan Orange Sukuk. Inisiatif ini dirancang untuk memperkuat kepemimpinan Indonesia dalam keuangan berkelanjutan, mempromosikan kesetaraan gender dan inklusi sosial dengan mengintegrasikan perspektif gender ke dalam pasar pendapatan tetap. BEI juga mencatat minat yang kuat dari korporasi untuk menerbitkan instrumen utang berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), telah menunjukkan komitmen kuat terhadap pengembangan Orange Bond. Bappenas memandang Orange Bond sebagai instrumen krusial untuk mengatasi kesenjangan pendanaan dalam mencapai SDG, khususnya SDG 5. Indonesia diperkirakan membutuhkan tambahan US$1,7 triliun untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan.
Sebagai langkah konkret, Indonesia siap meluncurkan Orange Bond senilai US$1 miliar untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dipimpin perempuan. Data menunjukkan bahwa 64% UMKM di Indonesia dipimpin oleh perempuan, namun hanya menerima 19% dari total pinjaman bank, menyisakan kesenjangan pembiayaan UMKM yang mencapai US$234 miliar.
PT Permodalan Nasional Madani (PNM), lembaga keuangan ultra mikro milik negara, telah mencetak sejarah sebagai penerbit Orange Bond pertama di Indonesia dan pelopor di Asia Tenggara. PNM menerbitkan Obligasi Konvensional Berwawasan Sosial senilai Rp6 triliun dan Sukuk Mudharabah Berbasis Syariah senilai Rp10 triliun, dengan total Rp16 triliun. Dana ini akan menggerakkan program PNM Mekaar dan Mekaar Syariah, yang telah memberdayakan lebih dari 13,3 juta nasabah perempuan prasejahtera di 36 provinsi di seluruh Indonesia hingga Agustus 2025.
Perkembangan ini didukung oleh posisi Indonesia sebagai salah satu negara terkemuka di Global South, yang telah secara konsisten mempromosikan kerja sama Selatan-Selatan dan aktif dalam forum-forum internasional terkait pembangunan berkelanjutan. Komitmen Indonesia terhadap pembiayaan berkelanjutan juga terlihat dari penerbitan Green Sukuk dan thematic bonds senilai lebih dari US$11.6 miliar sejak 2018, serta Blue Bond senilai US$309 juta. Laporan Harvard Kennedy School bahkan menempatkan Indonesia pada posisi teratas secara global dalam potensi pertumbuhan ekonomi di masa depan, memperkuat kapasitas negara ini untuk memimpin di sektor keuangan berkelanjutan.
Orange Forum 2025, yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada 17 November 2025, menjadi momentum penting untuk memperluas pemahaman dan mendorong lebih banyak lembaga untuk menerbitkan Orange Bond, dengan harapan pendanaan untuk agenda kesetaraan gender dapat berkembang pesat. Kolaborasi cepat di Indonesia menunjukkan kematangan ekosistem yang dibutuhkan untuk mengadopsi instrumen keuangan ini, menandai langkah strategis Indonesia untuk menjadi pusat kawasan global dalam pengembangan Orange Bond.