Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Raksasa Kripto Populer Tumbang Dihantam Anjloknya Harga Bitcoin

2025-11-19 | 10:49 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-19T03:49:13Z
Ruang Iklan

Raksasa Kripto Populer Tumbang Dihantam Anjloknya Harga Bitcoin

Pasar kripto global kembali bergejolak, ditandai dengan anjloknya nilai Bitcoin dan penutupan sejumlah perusahaan populer di sektor tersebut. DappRadar, sebuah platform analitik aplikasi terdesentralisasi (dApp) terkemuka yang diluncurkan pada tahun 2018, baru-baru ini mengumumkan penghentian operasionalnya secara permanen. Keputusan ini diambil setelah menghadapi tantangan keuangan berkelanjutan yang membuat operasional tidak dapat dipertahankan. Setelah tujuh tahun beroperasi, DappRadar akan berhenti melacak blockchain dan dApp, serta menutup layanan terkait lainnya. Pengumuman penutupan ini segera memicu anjloknya token terkait DappRadar, RADAR, lebih dari 35% dalam sehari. Para pendiri perusahaan menyatakan bahwa keputusan ini menyoroti tantangan yang lebih luas yang dihadapi platform analitik blockchain pada tahun 2025, di tengah peningkatan volatilitas pasar dan perubahan minat pengguna. Mereka juga menggarisbawahi bahwa sebagian besar pertumbuhan industri terpusat pada perdagangan, bukan analitik, menyulitkan keberlanjutan bagi perusahaan yang berfokus pada analitik.

Penutupan DappRadar terjadi di tengah periode sulit bagi Bitcoin, mata uang kripto terbesar di dunia, yang nilainya terus merosot. Pada Senin, 19 November 2025, nilai Bitcoin terjun di bawah USD 92.000. Bahkan pada 18 November 2025, Bitcoin sempat anjlok di bawah USD 90.000 untuk pertama kalinya sejak April. Penurunan ini menghapus seluruh keuntungan yang diraih Bitcoin sejak awal tahun 2025. Sebelumnya, Bitcoin sempat mencapai puncaknya di atas USD 126.000 pada Oktober 2025, namun kini telah kehilangan hampir 30% dari nilai puncaknya tersebut. Kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan juga mengalami penurunan signifikan.

Beberapa faktor makroekonomi dan sentimen pasar global menjadi pemicu utama anjloknya harga Bitcoin. Keraguan seputar pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), serta sentimen "risk-off" di pasar yang lebih luas, telah menyeret harga kripto. Tekanan inflasi yang masih tinggi, dengan tingkat inflasi tahunan di AS mencapai 3,0% pada September 2025, juga berkontribusi pada keengganan investor terhadap aset berisiko seperti kripto. Likuiditas pasar Bitcoin menyusut drastis, membuat pergerakan harga menjadi lebih sensitif terhadap transaksi besar dan memicu gejolak tambahan.

Selain itu, arus dana institusional yang mengering juga menjadi penyebab guncangan di pasar. Banyak pembeli besar, termasuk pengelola ETF, mulai menepi, menghilangkan salah satu penopang utama reli Bitcoin sepanjang tahun ini. Aksi jual berjenjang diperkuat oleh perusahaan dan institusi yang tercatat keluar dari posisi mereka, memperparah risiko penularan di seluruh pasar. Jatuhnya harga Bitcoin di bawah level psikologis USD 100.000 turut memicu gelombang aksi jual panik. Sentimen pasar secara keseluruhan telah memasuki zona "ketakutan ekstrem".

Dampak penurunan harga ini tidak hanya dirasakan oleh Bitcoin, tetapi juga oleh altcoin. Ethereum (ETH) telah kehilangan hampir 40% nilainya dari puncaknya pada Agustus 2025 dan baru-baru ini turun 4-6%. Altcoin kapitalisasi besar lainnya seperti BNB dan Solana (SOL) juga mengalami penurunan serupa. Di tengah kondisi pasar yang menantang ini, Fred Thiel, CEO Marathon Digital Holdings, memperingatkan bahwa hanya penambang Bitcoin terbesar dan paling efisien yang akan bertahan dalam siklus halving berikutnya. Hal ini disebabkan oleh menyusutnya imbalan blok, meningkatnya persaingan, dan tingginya biaya energi yang mendorong operator yang lebih kecil ke ambang kehancuran.