Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Pabrikan Panel Surya China Incar Lahan 500 Ha di RI untuk Produksi Massal

2025-11-19 | 10:36 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-19T03:36:23Z
Ruang Iklan

Pabrikan Panel Surya China Incar Lahan 500 Ha di RI untuk Produksi Massal

Sejumlah produsen panel surya asal China menunjukkan minat serius untuk berinvestasi di Indonesia, salah satunya melalui rencana pembangunan pabrik yang membutuhkan lahan seluas 500 hektare. Minat tersebut datang dari Sichuan Yingfa Ruineng Technology Co. Ltd., sebuah produsen sel surya terkemuka dari China, yang menyatakan ketertarikannya untuk membangun fasilitas produksi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang.

Direktur Pemasaran dan Pengembangan KEK Industropolis Batang, Indri Septa Respati, mengungkapkan bahwa perusahaan China tersebut membutuhkan lahan yang signifikan untuk merealisasikan proyek pabriknya di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan setelah misi promosi investasi yang dilakukan oleh KEK Industropolis Batang, sebagai bagian dari Holding BUMN Danareksa bersama Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) Beijing, di Shanghai, China, pada 7-10 November 2025. Misi tersebut mencakup partisipasi dalam 2025 International New Energy Chain Cooperation Conference di Distrik Jiading, serta Indonesia-China Business Forum 2025 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, ICBC, dan IIPC Beijing.

Director of IIPC Beijing, Rizaldi, menegaskan komitmen pemerintah Indonesia dalam memperluas kerja sama investasi dengan pelaku industri China yang berencana memperluas investasinya di Indonesia. IIPC Beijing berperan menjembatani dan memfasilitasi calon investor dalam mengeksplorasi peluang di berbagai sektor, sejalan dengan upaya pemerintah untuk mempercepat strategi hilirisasi Indonesia dengan menarik industri bernilai tinggi berbasis teknologi. KEK Industropolis Batang sendiri didukung penuh oleh Pemerintah Indonesia sebagai Proyek Strategis Nasional, menawarkan infrastruktur kawasan terintegrasi dan fasilitas insentif komprehensif dalam kerangka Kawasan Ekonomi Khusus.

Selain Sichuan Yingfa Ruineng, beberapa perusahaan China lainnya juga telah menunjukkan minat atau telah memulai investasi di sektor panel surya Indonesia. Sebelumnya, pada tahun 2023, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa perusahaan China, Xinyi Solar Holdings, tertarik membangun pabrik kaca panel surya, yang kemungkinan berlokasi di Bangka Belitung. Produsen panel surya Jolywood Sunwatt juga menyatakan rencana untuk membangun pabrik di Indonesia, melihat negara ini sebagai pasar potensial dan basis produksi strategis. Jinko Solar, salah satu produsen modul surya terbesar di dunia, telah membangun basis produksi di Asia Tenggara dan Timur Tengah, dengan Indonesia menawarkan peluang pasar yang sangat besar.

Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina New and Renewable Energy (NRE), telah menjalin kemitraan strategis dengan raksasa produsen panel surya asal China, LONGi Green Technology, untuk membangun pabrik panel surya di Bekasi, Jawa Barat. Proyek ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi 1,4 gigawatt per tahun dan akan menggandakan kapasitas produksi nasional, mendukung target pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hingga 300-400 GWp pada tahun 2060. Fasilitas ini akan menggunakan teknologi terbaru LONGi, Hybrid Passivated Back Contact (HPBC) 2.0 tipe N, yang mampu menghasilkan modul surya berdaya efisiensi tinggi. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, kapasitas produksi panel surya Indonesia saat ini sekitar 1,6 GWp per tahun, dan proyek baru ini akan meningkatkan kemampuan manufaktur dalam negeri menjadi 3 GWp.

Indonesia merupakan tujuan utama investasi hijau China, dengan perusahaan-perusahaan China mengucurkan investasi sedikitnya 227 hingga mendekati 250 miliar dolar AS ke proyek manufaktur hijau secara global. Klaster investasi nikel dan bahan prekursor, serta pusat baru proyek manufaktur panel surya, menempatkan Indonesia sebagai poros penting dalam rantai nilai industri hijau global yang dikembangkan China. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan 34,3 persen pasokan listrik pada tahun 2034 berasal dari energi baru terbarukan.

Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya memerlukan lahan yang luas. Untuk mencapai target 1.500 gigawatt PLTS pada tahun 2050, dibutuhkan setidaknya 8.000 kilometer persegi atau sekitar 0,4 persen lahan. Namun, potensi energi surya Indonesia jauh lebih besar, dan studi menunjukkan bahwa miliaran panel surya dapat dipasang di atap bangunan, lahan bekas tambang batu bara, lahan pertanian, dan terapung di permukaan waduk, danau, maupun laut.