
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa potensi hilirisasi kelapa di Indonesia dapat mencapai nilai ekonomi yang fantastis, tembus Rp4.800 triliun. Pernyataan ini disampaikan Amran dalam acara Gerakan Menanam Lima Juta Pohon Kelapa (Gemerlap) yang berlangsung di Kabupaten Kepulauan Selayar pada Sabtu, 15 November 2025. Angka tersebut mencerminkan nilai tambah yang sangat besar jika produk kelapa diolah secara maksimal di dalam negeri, di mana Amran mencontohkan air kelapa yang dikemas premium saja berpotensi menyumbang Rp2.400 triliun. Total potensi hilirisasi kelapa ini bahkan setara satu setengah kali Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia dari satu komoditas saja.
Amran menjelaskan bahwa hilirisasi merupakan kunci untuk meningkatkan nilai ekspor nasional yang saat ini mencapai Rp24 triliun. Dengan hilirisasi penuh sesuai diagram pohon industri, nilai ekspor kelapa berpotensi meningkat hingga 100 kali lipat atau setara Rp2.400 triliun. Namun, Amran mengakui bahwa perhitungan tersebut secara teoritis dan bisa saja realisasinya mencapai 20 hingga 50 kali lipat, atau sekitar Rp1.200 triliun.
Dampak positif dari program hilirisasi ini sudah mulai dirasakan di tingkat petani. Di Maluku Utara, harga kelapa bulat sebelum hilirisasi hanya Rp600 per butir, namun kini telah melonjak menjadi Rp3.500 per butir, atau naik sekitar 500 persen. Amran optimistis bahwa harga kelapa bisa terus meningkat hingga Rp5.000 sampai Rp6.000 per butir, yang berarti kenaikan 1.000 persen jika seluruh rantai produksi dan pengolahan berjalan optimal secara nasional.
Lebih lanjut, hilirisasi kelapa diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas. Program ini diproyeksikan mampu menyerap sekitar 1,4 juta hingga 3 juta tenaga kerja di sektor perkebunan dan peternakan dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Bahkan, ada perkiraan potensi penyerapan tenaga kerja mencapai delapan juta orang di berbagai sektor strategis, termasuk pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Amran juga menekankan bahwa tren konsumsi dunia saat ini bergeser dari susu hewani menuju produk santan kelapa (coconut milk) dan berbagai turunan kelapa lainnya, menjadikan momentum ini sangat strategis bagi Indonesia. Indonesia merupakan produsen dan eksportir kelapa terbesar di dunia, meskipun produktivitasnya masih berada di urutan ke-10 secara global. Komoditas kelapa telah ditetapkan sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional dan diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 yang disusun Kementerian PPN/Bappenas berupaya mengatasi tantangan seperti rendahnya produktivitas dan keterbatasan akses benih unggul.
Pemerintah berkomitmen mempercepat program hilirisasi di sektor pertanian, dengan total investasi sebesar Rp371 triliun untuk pangan, peternakan, hortikultura, dan perkebunan yang akan segera direalisasikan. Menteri Pertanian juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Hilirisasi Pertanian dalam Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Untuk mendukung hilirisasi, lima lokasi strategis telah ditetapkan untuk pembangunan pabrik kelapa terpadu, yaitu Kawan Industri JIIPE (Gresik, Jawa Timur), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung (Sulawesi Utara), Kawasan Industri Tenayan (Riau), Kawasan Industri Kijing (Kalimantan Barat), dan KEK Morotai (Maluku Utara). Program Gemerlap di Kepulauan Selayar, yang menargetkan penanaman satu juta pohon kelapa per tahun, didorong menjadi model nasional pengembangan kelapa.