Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Euforia Pasar Modal: Magnet Berisiko bagi Investor Pemula

2025-11-17 | 22:25 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-17T15:25:33Z
Ruang Iklan

Euforia Pasar Modal: Magnet Berisiko bagi Investor Pemula

Gelombang investor baru terus membanjiri pasar modal Indonesia, mencapai rekor tertinggi dengan dominasi signifikan dari generasi muda. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa hingga 7 November 2025, jumlah investor pasar modal Indonesia telah menembus 19,32 juta Single Investor Identification (SID), meningkat 29,91% dari 14,87 juta SID pada tahun 2024. Penambahan 4,20 juta investor baru tahun ini bahkan melampaui target tahunan yang ditetapkan sebesar 2 juta investor.

Fenomena ini menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap investasi, terutama di kalangan generasi muda di bawah 30 tahun yang kini mendominasi lebih dari 54,20% dari total investor. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman, dalam berbagai kesempatan, menyebut tren kenaikan ini menunjukkan semakin kuatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi.

Namun, di balik angka-angka pertumbuhan yang mengesankan ini, tersimpan kekhawatiran mengenai motivasi di balik lonjakan investor. Banyak pihak mengamati bahwa tak sedikit investor baru yang masuk ke pasar hanya karena terbawa euforia atau "ikut-ikutan" (herd mentality), tanpa dibekali pemahaman yang memadai mengenai analisis fundamental dan risiko investasi.

Ahli pasar modal dan regulator mengingatkan bahwa euforia dapat memicu keputusan investasi yang tergesa-gesa dan emosional, jauh dari objektivitas. Sindrom FOMO (Fear Of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan keuntungan, seringkali mendorong investor pemula untuk mengejar saham-saham yang sedang naik tajam (rally) tanpa analisis mendalam, yang berisiko besar "tersangkut di posisi atas" saat harga berbalik arah. Perilaku "ikut-ikutan" ini, menurut Ivan Jaya, Consumer Funding and Wealth Business Head Bank Danamon, bahkan dilakukan oleh 95 persen masyarakat Indonesia.

Risiko lainnya termasuk ekspektasi yang tidak realistis terhadap keuntungan besar dalam waktu singkat (greed), yang kerap menjadi indikasi penipuan. Kurangnya pemahaman profil risiko pribadi juga dapat menyebabkan investor panik menjual saham saat harga turun tanpa pertimbangan matang.

Menanggapi fenomena ini, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengimbau para investor untuk senantiasa bijak dalam mengambil keputusan investasi. Ia menekankan pentingnya berinvestasi berdasarkan fakta aktual, bukan rumor atau isu yang beredar di media sosial. OJK juga secara konsisten menekankan pentingnya literasi keuangan bagi generasi muda untuk memperkuat stabilitas ekonomi.

BEI dan OJK telah gencar melaksanakan berbagai program edukasi dan literasi pasar modal yang inovatif, baik secara daring maupun luring, untuk menjangkau masyarakat luas dan mendorong peningkatan jumlah investor yang berkelanjutan. Hingga Juli 2025, BEI telah menyelenggarakan 21.513 kegiatan edukasi terkait investasi di pasar modal Indonesia. Tujuannya adalah untuk membentuk investor yang memahami risiko, memiliki target investasi yang jelas, dan menggunakan dana "dingin" atau dana yang tidak diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari. Investor disarankan untuk fokus pada investasi fundamental, yakni membeli sebagian kecil kepemilikan dalam bisnis yang dipahami dan diyakini prospek jangka panjangnya, bukan sekadar berspekulasi untuk keuntungan cepat.