Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Bos BEI Bedah Efek Danantara di Pasar Modal

2025-11-20 | 01:12 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-19T18:12:56Z
Ruang Iklan

Bos BEI Bedah Efek Danantara di Pasar Modal

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman membeberkan pandangannya mengenai dampak positif dari kehadiran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara terhadap pasar modal Indonesia. Ia menilai Danantara akan menjadi katalisator penting bagi penguatan pasar modal domestik, meski sempat diwarnai sentimen negatif pada awal peluncurannya.

Iman Rachman, yang menjabat Direktur Utama BEI periode 2022-2026, menyatakan bahwa Danantara akan secara resmi mulai berinvestasi di pasar modal pada Januari 2026. Namun, Chief Investment Officer Danantara, Pandu Patria Sjahrir, sebelumnya juga menyampaikan rencana Danantara untuk mulai berinvestasi sebesar 80 persen di dalam negeri tahun ini, termasuk di pasar publik seperti obligasi dan pasar modal.

Danantara, yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 24 Februari 2025, merupakan lembaga pengelola investasi negara (sovereign wealth fund/SWF) dengan target pengelolaan aset mencapai US$900 miliar atau sekitar Rp14.678 triliun, dengan dana awal sekitar US$20 miliar. Pada tahap awal, Danantara akan mengelola tujuh perusahaan BUMN besar, termasuk Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), PLN, Pertamina, Bank Negara Indonesia (BNI), Telkom Indonesia, dan MIND ID.

Menurut Iman Rachman, masuknya Danantara sebagai investor institusi akan sangat signifikan. Salah satu dampak utamanya adalah potensi peningkatan kapitalisasi pasar modal. Emiten-emiten BUMN yang berada di bawah pengelolaan Danantara diharapkan mampu menggerakkan kapitalisasi pasar BEI. Selain itu, Danantara juga akan mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Upaya Danantara dalam menggalang dana investasi (fundraising) melalui pasar modal akan turut menghidupkan pasar.

Kehadiran Danantara juga diharapkan dapat menambah partisipasi investor institusi domestik di pasar modal, yang cenderung stagnan dalam satu dekade terakhir. Ini penting untuk memperdalam pasar dan menyediakan suplai likuiditas baru. Iman Rachman menekankan bahwa Danantara akan setidaknya menjaga nilai aset-aset BUMN.

Lebih lanjut, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik juga menyampaikan harapan bahwa Danantara dapat memberikan efek positif bagi investor, terutama investor ritel. Iman Rachman menambahkan bahwa struktur pengurus Danantara yang diisi oleh figur-figur kapabel seperti Rosan Roeslani sebagai CEO, Pandu Patria Sjahrir sebagai CIO, dan Dony Oskaria sebagai COO, mampu meyakinkan para pelaku pasar.

Danantara juga dinilai dapat menjadi katalisator bagi peluang Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) BUMN. Dengan kucuran dana investasi yang besar, Danantara diharapkan mampu menyerap penawaran saham perdana dari perusahaan BUMN, yang telah absen melakukan IPO selama lebih dari dua tahun. Iman Rachman mencontohkan kasus penundaan IPO PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pada 2023 karena terkendala masalah serapan investor domestik, menunjukkan pentingnya kapasitas serapan pasar domestik yang akan diperkuat oleh Danantara.

Meskipun demikian, beberapa pengamat dan pasar juga menyoroti tantangan. Pengamat ekonomi Yanuar Rizky menekankan pentingnya pembedaan fungsi investasi strategis dan portofolio bagi Danantara. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan sempat mengalami sentimen negatif dan terkoreksi cukup dalam menyusul peluncuran Danantara pada 24 Februari 2025. Chief Investment Officer Danantara, Pandu Patria Sjahrir, mengakui bahwa lembaga ini masih "bayi" berusia delapan bulan dan terus berupaya membangun kepercayaan diri investor serta mengevaluasi kinerja agar lebih kompetitif dan produktif. BEI juga menyatakan akan terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyesuaikan dan mengeksplorasi instrumen yang paling sesuai dengan kebutuhan Danantara agar tidak mengganggu aktivitas pasar modal.