:strip_icc()/kly-media-production/medias/5028255/original/089063500_1732871319-fotor-ai-2024112916722.jpg)
Harga Bitcoin (BTC) terus berada di bawah tekanan jual signifikan, menyeret aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar ini ke level terendah dalam hampir tujuh bulan terakhir. Pada Selasa, 18 November 2025, harga Bitcoin diperdagangkan di bawah $90.000, menghapus sebagian besar keuntungan yang telah dicatat sepanjang tahun ini. Beberapa data menunjukkan harga Bitcoin sempat menyentuh $89.000 atau $89.700, bahkan turun sebesar 2,06% dalam 24 jam terakhir. Dalam sepekan terakhir, kinerja Bitcoin menunjukkan penurunan sekitar 14,89%, sementara dalam sebulan terakhir anjlok 15,88%. Dari puncaknya di atas $126.000 pada Oktober 2025, harga Bitcoin telah merosot hampir 30%.
Koreksi tajam ini turut menyeret kapitalisasi pasar Bitcoin tergelincir di bawah $1,8 triliun. Penurunan ini tidak hanya dipicu oleh satu faktor, melainkan kombinasi tekanan makroekonomi, sentimen pasar yang memburuk, serta dinamika teknikal dan likuidasi besar-besaran di pasar derivatif.
Salah satu pendorong utama aksi jual ini adalah keraguan seputar potensi pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) di masa mendatang. Ekspektasi pemotongan suku bunga yang melemah membuat pelaku pasar cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko seperti kripto. Selain itu, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, diikuti dengan efek penutupan pemerintahan AS, kembali memicu kekhawatiran inflasi dan menekan likuiditas pasar global. Bitcoin, yang sering dianggap sebagai aset "beta tinggi" dengan pergerakan serupa pasar saham, juga tertekan oleh aksi jual di aset berisiko lainnya, termasuk saham teknologi.
Dari sisi arus dana, aliran masuk ke ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat yang sebelumnya menyerap puluhan miliar dolar AS kini hampir terhenti dalam dua pekan terakhir, bahkan mencatat arus keluar signifikan. Data menunjukkan bahwa spot Bitcoin ETF mencatat arus keluar sebesar $254,51 juta pada Senin, melanjutkan tren empat hari berturut-turut sejak 12 November, dengan total arus keluar mencapai lebih dari $1,11 miliar sejak minggu lalu. Ini menunjukkan berkurangnya permintaan baru dari institusi yang sebelumnya menjadi pendorong utama reli harga Bitcoin awal tahun ini.
Tekanan juga datang dari likuidasi masif di pasar derivatif kripto. Lebih dari $510 juta posisi ditutup dalam 24 jam terakhir, dan lebih dari $303 juta likuidasi kripto tercatat, memperkuat tekanan jual. Tingkat pendanaan yang melonjak menunjukkan leverage yang memanas sebelum terjadi pembubaran posisi. Perusahaan-perusahaan investasi korporasi, yang dikenal sebagai Digital Asset Treasury Companies (DATCos), yang berinvestasi besar-besaran di kripto pada tahun 2025, kini menghadapi tekanan untuk menjual aset guna memenuhi panggilan margin atau kewajiban utang.
Secara teknikal, Bitcoin telah menembus level dukungan krusial seperti $98.000 dan $92.000, serta menutup celah CME (CME gap) di $92.000. Indikator teknikal menunjukkan tren penurunan yang kuat, dengan Relative Strength Index (RSI) 14-hari berada di angka 27, yang menunjukkan kondisi jenuh jual namun tanpa pola pembalikan yang jelas.
Sentimen pasar juga memburuk drastis, tercermin dari Crypto Fear & Greed Index yang anjlok ke zona "ketakutan ekstrem" (extreme fear) di angka 10 hingga 15, menandakan kekhawatiran yang intens di kalangan investor. Penumpukan Bitcoin di bursa juga mengindikasikan tekanan jual yang meningkat, terutama ketika permintaan terlalu lemah untuk menyerap pasokan. Laporan juga menyebutkan bahwa penambang Bitcoin menjual sebagian aset mereka untuk menutupi biaya operasional setelah peristiwa halving di bulan April memangkas pendapatan mereka.
Joshua Chu, Co-chair of the Hong Kong Web3 Association, menjelaskan bahwa aksi jual berantai ini diperparah oleh banyaknya perusahaan dan institusi tercatat yang keluar dari posisi mereka setelah berbondong-bondong masuk selama reli, sehingga memperparah risiko di pasar. Kondisi ini juga berdampak pada altcoin, dengan Ethereum, BNB, Solana, dan Cardano ikut tertekan.
Melihat kombinasi faktor teknikal, makro, dan sentimen yang melemah, pasar kini berada di titik kritis. Pergerakan dalam beberapa hari ke depan akan menjadi indikator penting apakah Bitcoin mampu bertahan di atas $90.000 atau malah memperpanjang tren penurunan. Beberapa analis memperingatkan adanya potensi penurunan lebih lanjut hingga ke level $70.000 jika dukungan saat ini gagal bertahan.