
Sektor manufaktur atau Industri Pengolahan Non Migas (IPNM) Indonesia menunjukkan kinerja yang cemerlang, berhasil menarik investasi sebesar Rp 185,4 triliun pada kuartal III tahun 2025. Angka ini setara dengan 37,73 persen dari total investasi nasional yang mencapai Rp 491,4 triliun pada periode yang sama. Selain itu, sektor ini juga menjadi motor penggerak signifikan dalam penyerapan tenaga kerja, dengan mencatatkan 20,31 juta orang per Agustus 2025, atau sekitar 13 persen dari total tenaga kerja nasional.
Pencapaian investasi dan penyerapan tenaga kerja ini menggarisbawahi peran strategis industri manufaktur sebagai tulang punggung perekonomian. Pada kuartal III 2025, sektor manufaktur tumbuh sebesar 5,58 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,04 persen. Kontribusi sektor IPNM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 17,39 persen pada periode yang sama.
Kementerian Perindustrian melalui Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Setia Diarta, menekankan bahwa ekspor produk manufaktur Indonesia juga menunjukkan performa kuat, mencapai 60,25 miliar dolar AS pada triwulan III 2025, berkontribusi 81 persen terhadap total ekspor nasional. Meskipun demikian, tingkat utilisasi industri pengolahan non-migas masih berada di angka 59,28 persen, sebuah kondisi yang dinilai justru membuka ruang lebar untuk optimalisasi kapasitas produksi nasional.
Optimisme pelaku industri tetap tinggi, yang tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Oktober 2025 yang berada di angka 53,5 dan Purchasing Managers' Index (PMI) pada angka 51,2. Kedua indikator ini menunjukkan bahwa sektor industri masih berada dalam fase ekspansif. Peningkatan ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mendorong industrialisasi dan memperkuat struktur industri nasional. Investasi asing di sektor manufaktur juga terus meningkat, menjadikannya primadona pada tahun 2025, didorong oleh iklim investasi yang kondusif dan kebijakan pemerintah yang mendukung.