
Puluhan ribu nasabah di Tiongkok terus menghadapi kesulitan untuk mengakses tabungan mereka, sebuah isu yang menyoroti kerentanan dalam sektor perbankan kecil negara itu serta tantangan yang lebih luas terhadap kepercayaan publik. Meskipun beberapa insiden terkemuka, seperti krisis bank pedesaan Henan pada tahun 2022, telah berupaya diselesaikan oleh pihak berwenang, insiden terbaru, termasuk gangguan sistem besar di bank-bank utama pada akhir 2025, menunjukkan masalah aksesibilitas dana masih menjadi kekhawatiran.
Pada tahun 2022, ribuan nasabah bank di provinsi Henan, Tiongkok tengah, tidak dapat menarik tabungan mereka dari empat bank pedesaan, termasuk Yuzhou Xinminsheng Village Bank dan Shangcai Huimin County Bank, serta satu bank di provinsi Anhui. Pembekuan dana ini dimulai pada April 2022, dengan bank-bank awalnya beralasan adanya peningkatan sistem internal. Total dana yang dibekukan diperkirakan mencapai puluhan miliar yuan dari puluhan ribu warga, dengan beberapa laporan menyebutkan angka antara $1,5 miliar hingga $6 miliar.
Situasi ini memicu serangkaian protes besar di Zhengzhou, ibu kota Henan, di mana nasabah yang marah menuntut pengembalian uang mereka. Protes-protes ini sering kali dihadapi dengan tanggapan keras dari aparat keamanan, dan beberapa pengunjuk rasa melaporkan bahwa kode kesehatan COVID mereka dimanipulasi untuk mencegah mereka bepergian dan memasuki ruang publik. Investigasi selanjutnya oleh pihak berwenang mengungkapkan bahwa kelompok kriminal, Henan New Fortune Group, telah berkolusi dengan orang dalam bank untuk secara ilegal mengumpulkan dana dan memanipulasi sistem transaksi online.
Pemerintah berjanji untuk mengembalikan simpanan, awalnya untuk jumlah hingga 50.000 yuan (sekitar $7.400-$7.445), dan kemudian diperluas hingga 100.000 yuan (sekitar $14.774). Meskipun demikian, banyak nasabah, terutama mereka dengan simpanan lebih besar atau yang berasal dari luar provinsi Henan, masih belum menerima pengembalian penuh.
Krisis ini juga menyoroti tekanan yang lebih luas pada bank-bank kecil dan regional Tiongkok. Bank-bank ini menghadapi tekanan yang meningkat di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, paparan terhadap pasar properti yang mendingin, dan praktik manajemen yang buruk. Untuk mengatasi risiko ini, Tiongkok telah menyaksikan gelombang merger di sektor perbankan. Pada tahun 2024 saja, setidaknya 290 lembaga keuangan regional dan bank kecil telah digabung menjadi institusi yang lebih besar, dan pada enam bulan pertama tahun 2024, setidaknya 40 bank "berisiko tinggi" telah diambil alih. Tren konsolidasi ini diperkirakan akan terus berlanjut guna memastikan stabilitas sektor keuangan dan mencegah kebangkrutan di masa depan. Tingkat kredit macet di bank komersial pedesaan saat ini hampir dua kali lipat dari rata-rata sektor perbankan secara keseluruhan, yaitu 3,04 persen.
Di luar masalah struktural di bank-bank kecil, insiden aksesibilitas dana juga terjadi di institusi yang lebih besar. Pada akhir Oktober 2025, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), salah satu bank terbesar di negara itu, mengalami kegagalan sistem besar yang menyebabkan saldo rekening nasabah tiba-tiba menjadi nol, memicu kepanikan luas. Meskipun bank tersebut menyalahkan "kesalahan teknis," insiden ini semakin mengikis kepercayaan publik terhadap keamanan tabungan mereka. Bank-bank besar lainnya, seperti China Construction Bank, juga dilaporkan mengalami kegagalan sistem serupa pada tahun 2024, yang mengganggu kemampuan nasabah untuk menarik uang. Situasi ini, ditambah dengan kualitas aset bank yang memburuk dan pinjaman bermasalah yang melonjak menjadi rekor 3,5 triliun yuan ($643,93 miliar) pada akhir September 2025, menimbulkan kekhawatiran tentang potensi destabilisasi sistem keuangan secara keseluruhan.
Pemerintah Tiongkok terus berupaya meredakan kekhawatiran dan memulihkan kepercayaan, meskipun ada kritik bahwa mereka berusaha mengecilkan krisis dan melokalisasi akuntabilitas kepada pemerintah daerah. Namun, tantangan yang ditimbulkan oleh perlambatan ekonomi, gelembung properti yang belum teratasi, dan insiden aksesibilitas dana yang berulang terus membuat nasabah di Tiongkok khawatir akan keamanan tabungan mereka.