
Pemerintah Indonesia dan Konfederasi Swiss memperkuat kerja sama di sektor pendidikan vokasi industri melalui penerapan sistem ganda (dual system) yang mengintegrasikan pembelajaran di institusi pendidikan dengan pengalaman langsung di dunia industri. Kolaborasi ini bertujuan untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten dan siap menghadapi tantangan pasar kerja global.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya peran SDM yang kompeten dalam mewujudkan sektor industri manufaktur yang tangguh dan berdaya saing global. Program pendidikan dan pelatihan vokasi ini dipersiapkan secara serius untuk memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan industri seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi. Oleh karena itu, upaya terus dilakukan untuk memastikan keselarasan (link and match) dengan dunia usaha dan industri, baik untuk saat ini maupun untuk pengembangan industri di masa depan.
Kerja sama antara Kementerian Perindustrian Indonesia melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) dan Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) telah berlangsung sejak tahun 2018. Program ini terbagi dalam dua fase; fase pertama berakhir pada tahun 2022 dan diperpanjang hingga 2024 karena pandemi COVID-19, sementara fase kedua dimulai pada 2024 dan akan berlangsung hingga 2027. Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder, menyatakan bahwa fase kedua kerja sama ini berfokus pada peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia dan penguatan daya saing sektor swasta, terutama Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, dalam forum "Ministerial Visit & Signing Ceremony: Advancing Skills for Indonesia's Sustainable and Competitive Future" di Bandung pada 2 Oktober, mengatakan kementeriannya memprioritaskan penguatan institusi pendidikan vokasi, termasuk politeknik dan sekolah vokasi, sebagai upaya krusial untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Ia juga menyoroti Swiss sebagai model terbaik pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri, di mana lulusan politeknik di Swiss memiliki gaji yang setara dengan lulusan universitas.
Beberapa strategi untuk meningkatkan pendidikan vokasi yang diuraikan oleh Stella Christie meliputi penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan pasar, menghasilkan lulusan siap kerja, serta meningkatkan kualitas pengajar dan infrastruktur. Pemerintah juga berencana menambah beasiswa doktoral dari 1.100 menjadi 2.000 penerima, membangun lebih banyak politeknik untuk sektor prioritas, dan mendorong komersialisasi hasil penelitian melalui kemitraan dengan industri. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Yuliot Tanjung, menambahkan bahwa kerja sama vokasi juga dapat mendukung transisi energi Indonesia.
Kolaborasi ini telah menunjukkan hasil positif, antara lain melalui pengembangan sekolah dan penguatan sistem di empat unit pendidikan milik Kementerian Perindustrian, yaitu Politeknik Industri Logam Morowali, Politeknik Industri Kayu dan Pengolahan Kayu Kendal, Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng, dan Politeknik Industri Petrokimia Banten. Program ini, yang juga mencakup inisiatif seperti Skills for Competitiveness (S4C) dan Sustainable Tourism Education Development (STED) yang diimplementasikan oleh Swisscontact Indonesia, berfokus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja dan penguatan hubungan antara dunia pendidikan dengan industri. Hingga tahun 2024, rata-rata 92,3 persen lulusan politeknik sektor-sektor yang didukung S4C telah mendapatkan pekerjaan dalam 6-12 bulan setelah menyelesaikan studi. Sementara itu, Politeknik Pariwisata Lombok, dengan dukungan STED, menunjukkan bahwa 70,6 persen lulusannya telah mendapatkan pekerjaan dalam 6-12 bulan setelah kelulusan pada tahun 2024.
Masrokhan, Kepala BPSDMI Kementerian Perindustrian, optimis bahwa kerja sama pada fase kedua ini dapat ditingkatkan dan diperluas ke seluruh unit pendidikan Kementerian Perindustrian lainnya, sehingga dapat diadaptasi secara luas dalam pengembangan pendidikan secara nasional. Kementerian Perindustrian saat ini membawahi 13 institusi pendidikan tinggi vokasi, sembilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta tujuh Balai Diklat Industri (BDI) yang seluruhnya aktif dalam penyediaan dan pengembangan SDM industri yang kompeten.
Selain itu, kerja sama di bidang ketenagakerjaan secara umum juga diperkuat melalui dialog tripartit antara Indonesia dan Swiss. Nota Kesepahaman (MoU) kerja sama ketenagakerjaan yang ditandatangani pada 18 Juni 2019 telah diperpanjang hingga tahun 2029, dengan fokus pada pengembangan SDM dan peningkatan keterampilan tenaga kerja yang berdaya saing.