Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Inalum Genjot Smelter Baru, Butuh Pasokan Listrik Raksasa 932 MW

2025-11-20 | 15:51 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-20T08:51:57Z
Ruang Iklan

Inalum Genjot Smelter Baru, Butuh Pasokan Listrik Raksasa 932 MW

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) membutuhkan pasokan listrik hingga 932 megawatt (MW) untuk proyek smelter aluminium baru di Mempawah, Kalimantan Barat, serta ekspansi smelter di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menyatakan bahwa kapasitas terpasang yang dibutuhkan mencapai 1,2 gigawatt (GW) guna memastikan ketersediaan listrik 100% selama 365 hari dalam setahun. Kebutuhan listrik ini diharapkan dapat terpenuhi pada kuartal IV 2028, sejalan dengan jadwal konstruksi dan commissioning smelter aluminium baru tersebut.

Smelter aluminium baru di Mempawah ini akan memiliki kapasitas produksi sebesar 600 ribu ton aluminium. Melati Sarnita menjelaskan bahwa ketersediaan listrik yang stabil adalah krusial karena pemadaman listrik dapat menyebabkan kerusakan pada pot produksi smelter, yang membutuhkan pembangunan ulang lining baru dan sangat merugikan.

Dalam rencana investasinya, Inalum tidak menganggarkan pembangunan pembangkit listrik sendiri untuk proyek smelter Mempawah. Oleh karena itu, Inalum berharap dapat membeli listrik dari PT PLN (Persero). Apabila PLN tidak mampu memenuhi kebutuhan ini, Inalum berencana untuk membeli listrik dari Independent Power Producer (IPP) atau pembangkit listrik swasta. Untuk itu, Inalum telah meminta restu dari Komisi VI DPR agar diizinkan mencari pasokan listrik dari IPP jika PLN tidak memiliki kapasitas yang sesuai di wilayah Kalimantan Barat, dengan tujuan menjadikan pembangkit tersebut sebagai captive source bagi smelter mereka.

Selain smelter baru di Mempawah, Inalum juga memerlukan tambahan listrik untuk smelter eksisting di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Hal ini seiring dengan inisiatif penambahan potline keempat. Proyek Potline 4 di Kuala Tanjung ini diharapkan mampu menambah kapasitas produksi aluminium sebesar 100.000 ton, yang berpotensi ditingkatkan hingga 200.000 ton, sehingga total produksi aluminium dari smelter Kuala Tanjung bisa melebihi 400.000 ton. Saat ini, smelter Kuala Tanjung menggunakan energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sigura Gura (286 MW) dan PLTA Tangga (317 MW), yang menjadikan aluminium yang dihasilkan berlabel green aluminium.

Proyek pengembangan SGAR (Smelter Grade Alumina Refinery) Mempawah Fase II, yang merupakan kolaborasi antara Inalum dan PT Antam Tbk melalui anak usaha PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), ditargetkan mulai produksi pada akhir 2028 dengan nilai investasi sekitar US$800 juta atau setara Rp13 triliun. SGAR Mempawah akan memproduksi 1 juta hingga 2 juta ton alumina per tahun, di mana 1,2 juta ton akan digunakan untuk smelter aluminium baru di Mempawah dan sisanya 800.000 ton akan dikirim ke Kuala Tanjung. Pembangunan SGAR Mempawah sendiri telah mencapai lebih dari 80% per Februari 2024 dan ditargetkan beroperasi antara semester II/2024 hingga 2025.

Inalum menargetkan peningkatan kapasitas smelter aluminium hingga tiga kali lipat, mendekati 1 juta ton per tahun, untuk memenuhi kebutuhan domestik yang diperkirakan melonjak hingga 600% dalam tiga dekade mendatang. Peningkatan ini didorong oleh transformasi industri kendaraan listrik (EV) dan ekspansi energi baru terbarukan. Ketergantungan impor aluminium nasional masih mencapai 54%, sementara kontribusi Inalum baru 46%. Oleh karena itu, percepatan hilirisasi dan pengembangan smelter baru menjadi prioritas untuk ketahanan bahan baku nasional dan penguatan posisi Indonesia di pasar aluminium global. Inalum juga sedang menjajaki kerja sama strategis untuk membangun pabrik Coal Tar Pitch (CTP) di Kuala Tanjung sebagai upaya kemandirian pasokan material pendukung.

Secara keseluruhan, proyek ekspansi Inalum ini menunjukkan komitmen untuk mengintegrasikan rantai nilai industri dari hulu hingga hilir, dengan pasokan bauksit yang diproyeksikan aman selama 24 tahun proyek SGAR.