:strip_icc()/kly-media-production/medias/4876282/original/004384100_1719462261-fotor-ai-2024062711133.jpg)
Harga aset kripto utama kembali mengalami koreksi signifikan pada Kamis, 20 November 2025, melanjutkan tren penurunan yang telah mendominasi pasar sepanjang November ini. Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) memimpin jajaran mata uang digital yang terperosok ke zona merah, memicu kekhawatiran di kalangan investor.
Pada hari ini, harga Bitcoin diperdagangkan di sekitar level USD 91.337 per koin, setara dengan sekitar Rp 1,52 miliar dengan asumsi kurs Rp 16.706 per dolar AS. Bitcoin anjlok 1,59 persen dalam 24 jam terakhir. Penurunan ini merupakan kelanjutan dari pelemahan tajam Bitcoin yang sempat menyentuh USD 88.522 pada perdagangan Rabu (19/11) waktu New York, dan bahkan sempat merosot di bawah USD 90.000, mencapai level terendah dalam tujuh bulan terakhir pada Selasa (18/11/2025). Sepanjang November 2025, Bitcoin telah mencatat penurunan lebih dari 15 persen dan telah anjlok hingga 26 persen dari puncaknya di atas USD 126.000 pada awal Oktober 2025.
Tidak hanya Bitcoin, Ethereum (ETH) juga turut melemah secara substansial. Ethereum turun 3,28 persen dalam sehari terakhir dan anjlok 11,92 persen dalam sepekan. Saat ini, harga Ethereum berada di sekitar USD 3.011, setelah sempat jatuh ke USD 2.900 pada 20 November, mengalami penurunan 7,22 persen dalam 24 jam. XRP juga terpukul, turun 4,86 persen dalam sehari dan 11,76 persen dalam sepekan, diperdagangkan seharga Rp 35.266 per koin. Koin altcoin lainnya seperti Binance Coin (BNB) ambles 4,17 persen menjadi USD 894, Dogecoin (DOGE) terpangkas 4,38 persen menjadi USD 0,15, dan Solana (SOL) jatuh 3,05 persen menjadi USD 136.
Kapitalisasi pasar kripto global secara keseluruhan turut tergerus, anjlok 2,1 persen menjadi USD 3,11 triliun dalam 24 jam terakhir. Total kapitalisasi pasar aset digital ini mencapai puncaknya sekitar USD 4,3 triliun pada 6 Oktober dan kini mendekati USD 3,2 triliun.
Beberapa faktor disebut-sebut menjadi penyebab utama di balik koreksi pasar kripto ini. Salah satunya adalah menyusutnya likuiditas dolar dari Amerika Serikat, seperti diungkapkan oleh mantan CEO BitMEX, Arthur Hayes. Selain itu, sinyal teknikal bearish muncul dari indikator SuperTrend Bitcoin yang secara resmi memberikan tanda 'jual' pada grafik mingguan, sebuah indikator yang secara historis kerap mendahului fase bear market dengan penurunan harga antara 77 hingga 84 persen.
Kondisi ekonomi global yang belum stabil juga mendorong investor untuk menghindari aset berisiko. Tekanan jual diperkuat oleh arus keluar signifikan dari ETF Bitcoin di AS, dengan total outflow mencapai USD 627,28 juta dalam dua hari terakhir, termasuk redemption lebih dari USD 800 juta dalam satu hari. Sentimen pasar semakin tertekan oleh meningkatnya kekhawatiran terkait rencana tarif baru pemerintahan AS yang diajukan oleh Presiden Donald Trump, memicu ketidakpastian di pasar global, khususnya pada aset berisiko seperti kripto.
Indeks Fear & Greed pasar kripto juga merosot tajam ke zona "extreme fear" yang mencerminkan kepanikan investor. Selain itu, probabilitas pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve pada pertemuan Desember telah anjlok menjadi 32,8 persen, dari 67 persen pada awal November. Profit-taking setelah reli panjang yang terjadi dari Januari hingga Oktober 2025, di mana Bitcoin sempat menguat lebih dari 150 persen, juga menjadi salah satu pemicu penurunan.
Para analis mengamati bahwa volatilitas di pasar kripto saat ini mencerminkan pasar yang sedang "mendiskon" masa depan yang sangat besar. Meskipun ada indikasi penghentian Quantitative Tightening (QT) oleh The Fed mulai 1 Desember, pandangan The Fed masih terbelah mengenai pemotongan suku bunga di bulan Desember, dengan sebagian ingin memotong lebih cepat dan sebagian memilih menunggu data tambahan karena inflasi yang belum sepenuhnya jinak. Pasar kini menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai kebijakan makroekonomi dan sentimen pasar global untuk melihat apakah tren penurunan ini akan berlanjut atau menemukan titik balik.