
Raksasa industri teknologi dan layanan global asal Jerman, Bosch, telah memulai pembangunan fasilitas manufaktur terbarunya di Kawasan Industri Deltamas, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu, 19 November 2025. Investasi awal untuk pembangunan tahap pertama ini mencapai sekitar 25 juta Euro atau setara dengan Rp 482 hingga Rp 484,5 miliar. Namun, potensi investasi total untuk fasilitas seluas 82.000 meter persegi ini dapat mencapai 259 juta Euro (sekitar 299 juta Dolar AS atau Rp 4,84 triliun), dengan realisasi yang akan disesuaikan dengan perkembangan permintaan kendaraan listrik (EV) domestik.
Pabrik baru ini menandai fasilitas manufaktur modular pertama Bosch secara global, sebuah konsep inovatif yang memungkinkan berbagai unit bisnis beroperasi di satu lokasi dengan fleksibilitas penuh, serta dapat ditingkatkan atau disesuaikan produksinya dengan cepat seiring pergeseran preferensi pasar. Proyek ini ditargetkan mulai beroperasi pada awal tahun 2027, dengan tahap pertama konstruksi diharapkan selesai pada kuartal pertama tahun yang sama. Fasilitas ini juga akan mengadopsi standar manufaktur Industri 4.0, menghubungkan mesin produksi ke infrastruktur cloud global Bosch untuk pemantauan dan optimasi secara real-time.
Managing Director Bosch Indonesia, Pirmin Rieger, menyatakan bahwa nilai investasi terbesar terletak pada mesin dan teknologi produksi di dalamnya, bukan hanya bangunan fisik. Pabrik ini dirancang untuk menggandakan kapasitas produksi domestik Bosch dibandingkan pabrik mereka yang sudah ada di area industri yang sama, yang telah beroperasi sejak 2018 dan saat ini memproduksi electronic control units (ECU).
Fasilitas baru ini akan memproduksi berbagai komponen otomotif, termasuk electronic control units (ECU), engine electric cooling fans, dan wipers. Selain itu, pabrik ini juga akan menambah produksi kipas pendingin dan penghapus kaca depan, serta lini produk akhir untuk speaker. Bosch juga tengah mengevaluasi peluang untuk menambah komponen terkait EV lainnya pada tahun 2027–2028, termasuk Battery Management System (BMS), komponen bernilai tambah tinggi dan berteknologi canggih untuk mendukung produksi EV roda dua maupun roda empat di Indonesia, serta produk teknologi bangunan.
President of Bosch for Region Asia Pacific South (Southeast Asia and Oceania), Vijay Ratnaparkhe, menegaskan bahwa pembangunan pabrik ini merupakan babak baru komitmen Bosch terhadap Indonesia, yang dipandang sebagai pemain penting dalam strategi bisnis global perusahaan. Daya tarik Indonesia meliputi pasar mobilitas yang kuat, tenaga kerja muda yang dinamis dan melek teknologi, basis konsumen yang besar sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil sekitar 5% dari tahun ke tahun.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Setia Diarta, menyambut baik langkah Bosch ini, menyatakan bahwa investasi tersebut merupakan keputusan tepat untuk mendukung program Kendaraan Emisi Rendah Karbon (LCEV) dan memajukan manufaktur dalam negeri. Ia juga berharap pabrik ini dapat secara signifikan memperkuat ekosistem industri nasional dan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada komponen berteknologi tinggi untuk kendaraan bermotor. Investasi Bosch ini sejalan dengan kinerja positif sektor manufaktur Indonesia, yang pada Triwulan III 2025 tumbuh 5,54% secara tahunan, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan pabrik ini juga diharapkan mendukung program Making Indonesia 4.0.