Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

BI Kunci Suku Bunga: Mengintip Prospek Saham Perbankan

2025-11-21 | 06:37 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-20T23:37:24Z
Ruang Iklan

BI Kunci Suku Bunga: Mengintip Prospek Saham Perbankan

Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuannya, BI-Rate, di level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 18-19 November 2025. Keputusan ini selaras dengan ekspektasi pasar dan juga mempertahankan suku bunga deposit facility di 3,75 persen serta suku bunga lending facility di 5,50 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, sekaligus memastikan inflasi tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen untuk tahun 2025 dan 2026. Meskipun demikian, BI tetap membuka ruang untuk potensi penurunan suku bunga lebih lanjut di masa depan, dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Prospek Saham Perbankan

Keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan ini memberikan gambaran beragam terhadap prospek saham sektor perbankan di Indonesia. Beberapa analis melihat kebijakan moneter yang stabil ini sebagai katalis netral hingga positif bagi saham-saham bank berkapitalisasi besar (big banks). Stabilitas suku bunga membantu bank menjaga biaya dana (cost of fund/COF) tetap terkendali, sehingga margin bunga bersih (NIM) bank tidak tertekan. Hal ini juga berpotensi mempertahankan loyalitas kreditur di tengah pemulihan aktivitas konsumsi dan pembiayaan korporasi.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,7 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) hingga mencapai Rp 8.060 triliun juga menjadi indikator positif. Angka ini menunjukkan permintaan kredit dari masyarakat dan dunia usaha masih sehat, yang berpotensi meningkatkan pendapatan bunga (interest income) perbankan pada kuartal IV tahun ini.

Pada perdagangan Rabu, 19 November 2025, beberapa saham bank besar menunjukkan penguatan. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat naik 0,89 persen menjadi Rp 8.475, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 0,76 persen menjadi Rp 4.000, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menguat 1,25 persen menjadi Rp 4.850. Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terpantau stabil di level Rp 4.850. Meskipun demikian, pada penutupan perdagangan Kamis, 20 November 2025, beberapa saham big banks justru terlihat melemah, seperti BBCA turun 0,59 persen dan BBRI terkoreksi 0,25 persen, meskipun secara keseluruhan mencatatkan net buy dari investor asing. Analis menilai koreksi ini terjadi karena pasar telah mengantisipasi keputusan BI sebelumnya, sehingga harga saham cenderung sudah "priced in".

Di sisi lain, ada juga pandangan yang lebih berhati-hati. Tertahannya suku bunga dapat menjadi kurang menguntungkan bagi beberapa sektor yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga. Tingkat suku bunga simpanan dan deposito yang tidak berubah mungkin kurang menarik bagi masyarakat yang mencari investasi konservatif, yang berpotensi mempengaruhi Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dan pada akhirnya berdampak pada penurunan Net Interest Margin (NIM).

Kendati demikian, momentum akhir tahun, khususnya periode November hingga Desember, kerap diidentikkan dengan peningkatan konsumsi masyarakat. Hal ini berpotensi mendorong permintaan kredit baru, yang diharapkan dapat menjadi katalis positif bagi ekspansi kredit perbankan dan profitabilitas mereka. Investor diharapkan terus mencermati arah kebijakan moneter BI serta perkembangan nilai tukar rupiah sebagai indikator kunci bagi kinerja sektor keuangan dan pasar modal Indonesia.