
Bursa Saham Malaysia menunjukkan respons positif signifikan, atau "menghijau," setelah penunjukan Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri Malaysia ke-10. Pengumuman ini, yang terjadi pada Kamis, 24 November 2022, mengakhiri kebuntuan politik pasca-pemilihan umum.
Indeks acuan FTSE Bursa Malaysia KLCI (FBM KLCI) melonjak hingga 3%, mencapai level tertinggi dalam dua tahun. Beberapa laporan menunjukkan kenaikan sebesar 3,08% menjadi 1487,99 di sesi sore, setelah kebuntuan politik lima hari berakhir. Dalam satu menit pertama perdagangan setelah istirahat tengah hari, indeks naik 40 poin menjadi 1483,84. Pergerakan pasar yang positif ini mencerminkan sentimen bullish dengan 725 saham mengalami kenaikan dibandingkan 206 saham yang melemah.
Sektor-sektor utama yang mengalami peningkatan termasuk telekomunikasi, perbankan, dan saham-saham "dosa" seperti perusahaan perjudian dan minuman beralkohol. Misalnya, grup telekomunikasi Axiata Group Bhd mencatat kenaikan lebih dari 7%. Saham-saham yang secara luas dikaitkan dengan Anwar Ibrahim, seperti MUI Properties Bhd dan Advance Synergy Bhd (ASB), juga menunjukkan peningkatan. Namun, Anwar Ibrahim secara tegas menyatakan bahwa ia tidak memiliki saham di perusahaan mana pun yang terdaftar di Bursa Malaysia dan telah meminta Bursa Malaysia serta Komisi Sekuriti untuk memantau potensi manipulasi pasar.
Kenaikan pasar saham ini didorong oleh beberapa faktor kunci. Kejelasan dan kepastian mengenai kepemimpinan setelah ketidakpastian politik selama berhari-hari memberikan kelegaan bagi investor. Hal ini meningkatkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, terhadap kepemimpinan Anwar Ibrahim. Selain itu, pengalaman Anwar Ibrahim sebagai Menteri Keuangan dari tahun 1991 hingga 1998, periode di mana Malaysia menikmati kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, memicu harapan positif terhadap kebijakan ekonominya di masa mendatang. Ia bahkan pernah dinobatkan sebagai salah satu menteri keuangan terbaik oleh Euromoney dan Asiamoney selama menjabat.
Meskipun euforia pasar awal sangat kuat, para analis memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan apakah ekonomi akan terus meningkat secara berkelanjutan. Keberlanjutan ini akan sangat bergantung pada implementasi kebijakan fiskal dan kinerja ekonomi yang efektif. Tantangan signifikan yang dihadapi pemerintah Anwar Ibrahim mencakup pengelolaan biaya hidup yang tinggi dan inflasi. Peringkat persetujuan publik terhadapnya, meskipun menunjukkan tren kenaikan di pertengahan masa jabatannya, masih sangat dipengaruhi oleh kekhawatiran ekonomi. Selain itu, ia juga menghadapi tantangan dalam membentuk pemerintahan yang stabil tanpa mayoritas yang jelas bagi koalisinya pada awalnya.