Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Anak Usaha BUMN Bermunculan, Padahal Danantara Bidik Perampingan

2025-11-23 | 07:57 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-23T00:57:37Z
Ruang Iklan

Anak Usaha BUMN Bermunculan, Padahal Danantara Bidik Perampingan

Meskipun pemerintah melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah gencar mengimplementasikan program perampingan jumlah anak dan cucu usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) justru berencana untuk membentuk anak usaha baru. Langkah Inalum ini bertujuan untuk mengelola proyek pembangunan pabrik peleburan aluminium baru di Mempawah, Kalimantan Barat, sebuah proyek yang dijadwalkan beroperasi pada tahun 2029 dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun.

Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menjelaskan bahwa pembentukan anak usaha ini krusial untuk melindungi bisnis inti perusahaan. Proyek smelter baru tersebut membutuhkan investasi yang sangat besar, dan dengan memisahkan pengelolaannya ke dalam entitas baru, perusahaan dapat lebih efektif mengontrol risiko bisnis. Melati menambahkan bahwa strategi ini juga akan memungkinkan pemantauan kinerja dan risiko smelter baru secara terpisah dan lebih terukur, menghindari potensi subsidi silang yang dapat membahayakan kinerja Inalum secara keseluruhan jika proyek tersebut digabungkan ke dalam perusahaan induk. Rencana pembentukan anak perusahaan dan perusahaan patungan untuk proyek smelter ini saat ini masih dalam tahap diskusi dan Inalum telah mengajukan izin kepada Danantara serta BP BUMN.

Kebijakan Inalum ini muncul di tengah arahan tegas Presiden Prabowo Subianto yang menugaskan Danantara untuk merampingkan jumlah entitas BUMN dari lebih dari 1.000 menjadi sekitar 200 hingga 240 perusahaan. Managing Director Danantara, Febriany Eddy, mengungkapkan bahwa banyak dari anak dan cucu usaha BUMN saat ini yang merugi, bahkan hampir setengah dari total perusahaan tersebut. Konsolidasi dan perampingan ini menargetkan berbagai sektor, termasuk karya, pupuk, rumah sakit, hotel, gula, hilirisasi minyak atau bahan bakar minyak (BBM), asuransi, manajemen aset, dan kawasan industri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, memperkuat daya saing, dan membuat BUMN lebih fokus pada bisnis intinya.

Sebagai contoh dari upaya perampingan yang sejalan dengan Danantara, PT Pertamina (Persero) telah menunjukkan komitmen signifikan. Perusahaan energi pelat merah ini telah menyelesaikan likuidasi dua anak perusahaannya yang dinilai tidak memiliki kontribusi strategis, yaitu TRB London dan Pertamina Energy Services Pte. Ltd., pada tahun 2025. Selain itu, Pertamina juga sedang mengonsolidasi empat sektor bisnis non-inti, meliputi rumah sakit, perhotelan, maskapai penerbangan (Pelita Air Service akan bergabung dengan Garuda Indonesia), dan asuransi, di bawah koordinasi Danantara. Perampingan ini bertujuan agar Pertamina dapat lebih fokus pada bisnis inti minyak dan gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina juga berencana untuk menggabungkan tiga sub-holding di sektor hilir migas—Pertamina Patra Niaga, Kilang Pertamina Internasional, dan Pertamina International Shipping—yang diperkirakan efektif pada tahun 2026.

Fenomena ini menyoroti kompleksitas dalam pengelolaan BUMN, di mana satu sisi ada dorongan kuat untuk efisiensi dan perampingan, namun di sisi lain, kebutuhan investasi strategis untuk pengembangan bisnis dan hilirisasi di sektor krusial seperti energi dan mineral tetap memerlukan fleksibilitas dalam struktur korporasi. Keputusan Inalum untuk membentuk anak usaha baru, yang masih dalam pembahasan dengan Danantara, akan menjadi barometer penting bagaimana keseimbangan antara efisiensi dan pengembangan strategis ini akan ditemukan dalam ekosistem BUMN ke depan.