
PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo), salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang asuransi umum, menunjukkan kinerja yang solid dan pertumbuhan berkelanjutan, memperkuat posisinya sebagai pemain kunci di industri asuransi nasional. Berdiri sejak 2 Juni 1973 melalui penggabungan PT Asuransi Bendasraya dan PT Umum Internasional Underwriters (UIU), Jasindo telah menorehkan sejarah panjang dalam memberikan perlindungan risiko di Indonesia, dengan akar perusahaan yang bahkan sudah ada sejak era kolonial Belanda pada tahun 1845 melalui proses nasionalisasi. Saat ini, Jasindo menjadi bagian dari Indonesia Financial Group (IFG), holding BUMN Asuransi, Penjaminan, dan Investasi.
Pada tahun 2024, Asuransi Jasindo berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp157,33 miliar, meningkat signifikan 52,91 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan premi perseroan juga tumbuh 21,65 persen mencapai Rp4,02 triliun pada periode yang sama. Rasio Risk Based Capital (RBC) Jasindo pada akhir 2024 tercatat solid di angka 150,40 persen, menunjukkan kondisi keuangan yang sehat.
Tren positif ini berlanjut hingga tahun 2025. Perusahaan membukukan laba setelah pajak sebesar Rp127,30 miliar hingga September 2025, melonjak 288,90 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp32,73 miliar. Pendapatan premi mencapai Rp3,00 triliun, tumbuh 11,36 persen secara tahunan (YoY), sementara Hasil Underwriting meningkat 21,88 persen (YoY) menjadi Rp299,42 miliar. Hasil investasi juga menunjukkan kenaikan 6,20 persen (YoY) mencapai Rp210,8 miliar. Pada Juli 2025, pendapatan premi Jasindo tercatat Rp2,64 triliun, naik 30,34% YoY, dengan laba tumbuh 57,83% menjadi Rp112,92 miliar. Rasio solvabilitas (RBC) per September 2025 mencapai 173,49 persen, jauh di atas ketentuan minimum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120 persen, menandakan pengelolaan risiko yang prudent.
Direktur Utama Asuransi Jasindo, Andy Samuel, menjelaskan bahwa kinerja positif ini merupakan hasil dari upaya penguatan mitigasi risiko, dengan fokus pada penerapan prudent underwriting dan penyesuaian profil risiko sesuai risk appetite perusahaan. Direktur Operasional Asuransi Jasindo, Ocke Kurniandi, menambahkan bahwa pertumbuhan ini tidak lepas dari strategi fokus pada portofolio bisnis berkualitas serta penerapan Risk Management Partnership dengan tertanggung korporasi. Perusahaan tidak hanya menjual polis, tetapi hadir sebagai mitra strategis dalam merancang dan mengelola risiko secara menyeluruh.
Pertumbuhan premi terbesar didorong oleh lini bisnis Engineering (Rekayasa) yang melonjak 263,59 persen (YoY) hingga September 2025, mencapai Rp241,35 miliar. Selain itu, lini Liability tumbuh 124,40 persen, diikuti Cargo sebesar 40,22 persen, dan Energy Onshore sebesar 39,34 persen. Sektor energi, baik onshore maupun offshore, menjadi motor utama pendapatan premi Jasindo hingga kuartal III 2025, dengan total premi lebih dari Rp558,17 miliar. Lini bisnis andalan lainnya seperti Asuransi Properti juga mencatatkan hasil underwriting yang signifikan.
Asuransi Jasindo juga aktif dalam penugasan pemerintah, seperti melalui program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang telah melindungi 464.957 petani di lahan 278.832 hektare pada tahun 2024, menambah total perlindungan sejak 2019 menjadi 4,5 juta petani.
Untuk menghadapi tantangan ke depan dan menangkap peluang di tahun 2025, Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo, Diwe Novara, mengungkapkan bahwa Jasindo berencana menggarap nasabah korporasi melalui strategi ekosistem play, tidak hanya menyasar induk perusahaan nasabah tetapi juga anak dan cucu perusahaan mereka. Optimalisasi fungsi dan peran perusahaan ini juga melibatkan upaya transformasi menyeluruh, penguatan tata kelola berbasis Governance, Risk, and Compliance (GRC) terintegrasi, serta peningkatan kapabilitas sumber daya manusia. Tantangan yang dihadapi termasuk dinamika risiko serta perkembangan regulasi dari OJK, seperti pengawasan solvabilitas, penerapan Sustainable Finance Roadmap, dan penyesuaian terhadap Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) 17.